selamat datang,
para kacung telanjang,
yang duduk di atas tak kenal atap,
tak kenal lelap,
kami biarkan,
kalian bercumbu,
di antara tumpukan,
karat paku,
masih bisa tertawa,
melihat sang maestro tertanam,
kami tertawa bahagia,
saat nama kalian kami tanam,
bagi sejarah,darah,dakwah,atau sampah(thufail)
“INDONESIA”
kami tak bermaksud mencaci,
Bukan juga tuk memaki,
tapi kami mencoba berdiri,
di antara anjing,bangsat,bedebah,setan,tai kucing,nanah kotor,air mani,
maka izin kan kami,
membunuh kalian,
dengan tangan tangan ini,
demi generasi bagian,
RI takkan mati,
Noordin M Top pun sudah tak berarti,
syuhada yg siap mati,
membunuh koruptor dengan jeruji besi?
Maafkan Aku INDONESIA Ku
para kacung telanjang,
yang duduk di atas tak kenal atap,
tak kenal lelap,
kami biarkan,
kalian bercumbu,
di antara tumpukan,
karat paku,
masih bisa tertawa,
melihat sang maestro tertanam,
kami tertawa bahagia,
saat nama kalian kami tanam,
bagi sejarah,darah,dakwah,atau sampah(thufail)
“INDONESIA”
kami tak bermaksud mencaci,
Bukan juga tuk memaki,
tapi kami mencoba berdiri,
di antara anjing,bangsat,bedebah,setan,tai kucing,nanah kotor,air mani,
maka izin kan kami,
membunuh kalian,
dengan tangan tangan ini,
demi generasi bagian,
RI takkan mati,
Noordin M Top pun sudah tak berarti,
syuhada yg siap mati,
membunuh koruptor dengan jeruji besi?
Maafkan Aku INDONESIA Ku